• Home
  • About
    • Category
    • Category
    • Category

Search This Blog

Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

RUNNING WITH CARING

Membahas tentang dunia lari, serta aspek kesehatan dan medis dalam berlari

Suatu hari liat meme di IG. 
Percakapan Pelari senior dan newbie. 
"Latihan lari apa dek?"
"Latihan endurance bang. Katanya kita harus lari di zona 2" sambil nunjuk papan Zona 2 GBK

Sesuai namanya, simpel, kita berlatih sesuai berapa kali jantung kita berdenyut. Boro-boro latihan pada pace tertentu, kit latihan sesuai jumlah detak jantung kita per menit.

Untuk berlatih di zona detak jantung, kita mesti tau dulu berapa denyut jantung maksimal kita. Dengan mengambil angka 220 - minus usia, kita dapat menentukan denyut jantung maksimal kita. Anggap, sekarang usia ku 28 tahun, 120-28 = 192. Ini adalah denyut jantung maksimal milikku. Hasil ini dapat kita gunakan untuk mengetahui di angka berapa zona denyut jantung kita.

Zona 1
50-60 % dari denyut jantung maksimal.
Zona ini adalah zona latihan pemanasan, pendinginan. Bagus untuk menurunkan tekanan darah. Cocok untuk pemula.

Zona 2
60-70% dari denyut jantung maksimal.
Melatih ketahanan dasar, membakar lemak tubuh untuk sumber energi. Zona yang tepat untuk Recovery (dan karena sumber energi yang dibakar adalah lemak, zona ini cocok banget buat menurunkan berat badan)

Zona 3
70-80% dari denyut jantung maksimal.
Target zona denyut jantung saat berlari. Melatih kebugaran aerobik. Bagus untuk meningkatkan sistem peredaran darah pada jantung dan otot. Resiko cedera minimal pada zona ini. Berlatihlah lebih banyak di zona ini. Bahkan, beberapa situs lari menyebutkan kalau berlatihlah 70-80% dari total jarak mingguan kita di Zona ini.

Zona 4
80-90% dari denyut jantung maksimal
Meningkatkan performa. Membakar tenaga dari otot, bukan lemak tubuh. Berlari di Zona ini sering disebut Treshold Run, -lari ambang batas- dimana otot dilatih pada ambang batas pembuangan asam laktat dari tubuh.

Zona 5
90-100% dari denyut jantung maksimal
Meningkatkan kecepatan. Singkat saja berlatih di Zona ini, 5-10 menit sudah cukup, karena sangat menguras tenaga dan nafas.

Bagaimana berlatih lari sesuai zona? Yang sulit adalah jantung merupakan organ tubuh yang tidak bisa semaunya kita atur, harus segini, mesti segitu. Dia bekerja sendiri.

Yang paling mudah?

Gak ada yang mudah sih, sering-sering aja nengok jam tangan, pantau terus denyut jantung ya.

Oia, untuk yang pake Amzafit Pace, ada juga kok tampilan zona denyut jantung saat dipakai berlari. Jadi sangat mudah memantau zona detak jantung kita saat itu.

Dan saat ku amati lebih teliti, aku terlalu sering berada di zona anaerobik dan VO2Max. Apa itu bagus? Silahkan baca pembahasannya di sini.  
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Berhubung Amazfit Bip punyaku rusak kemasukan air, aku beli Amazfit Pace. Buat upgrade lah, lebih mahal gitu daripada BIP, walau pun cuma beli seken, dapet di O-El-Ex.

Satu bulan pakai, ini beberapa catatan kelebihan:
1. Pilihan mode olahraga: lari, sepeda. Banyak mode lain lagi sih, sayangnya gak pernah make. Treadmill (gak punya), walking (males ngidupin GPS), Sepeda statis (juga gak punya), naik gunung, trail run, ski, tenis, main bola, sampai lompat tali buat cross Training juga ada.
2. Analis olahraga yang sangat lengkap. Pace, HR, HR zone (yang bisa kita pakai untuk meningkatkan performa lari), ketinggian, kalori, cadence.
Heart Rate Zone

3. Bezelnya dari keramik + Gorilla Glass. Meski beli seken, udah pakai 1 tahun, bodi masih bening dan gak ada goresan.
Masih mulus tanpa goresan

4. Buat yang suka mendengarkan musik, bisa nyimpan lagu di memori Pace. Memorinya 4 GB. Udah aku coba, meski Bluetooth Pace ini versinya 4.1, ternyata bisa aja dipairing / di connect dengan Bluetooth 5.0 yang saat ini banyak beredar di pasaran.
5. Buat yang mau punya pelatih pribadi, dia juga punya yang namanya mode "Training center". Ada pilihan beginner, 5k, 10k, Half Marathon, sampai full marathon.
Training Center untuk 10 K

6. Untuk notifikasi: SMS, telepon, WA, semua berjalan dengan baik
7. Baterai. Baterainya memang tidak sedahsyat BIP yang tahan sampai 1,5 bulan. Untuk charge sampai penuh, bisa dipakai untuk lari 2-3x (dengan mendengarkan musik sambil berlari) maksimal bertahan sampai 5 hari aja. Itu pun jarang banget di konek ke hp. Fitur yang digunakan juga udah minimalis. Auto nyala pas tangan diangkat: off. Getar sudah di setting minimalis. Layar jam juga minimalis.
8. Konek otomatis ke Strava.
9. GPS. Meski sudah menggunakan Sony 28nm GPS low energy, masih belum bisa menyelesaikan masalah GPS Amazfit dari zaman aku pake BIP: gak akurat kalau tracking memutar. Tapi, untuk akurasi track yang tidak memutar, akurasinya sangat baik. Karena otomatis konek ke Strava, map'nya juga sangat sesuai dengan Strava.
Atas: Hasil track memutar dari Amazfit Pace
Bawah: Hasil track memutar kalau record dari aplikasi Strava


Dengan Amazfit Pace, kita benar-benar bisa mengucapkan selamat tinggal untuk HP, bisa aja ditinggal di rumah. Jangan lupa untuk selalu mengecek persentase baterai.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Januari 2020.

Diawali dengan kehebohan banjir Jakarta di awal tahun baru.

Dan hujan memang lagi sering-seringnya. Satu minggu terakhir, cuma sempat lari 1x. Sisanya? Selalu hujan di pagi dan sore hari. Pas kerja di pagi hari, mau lari sore, sorenya hujan. Pas kerja sore, pagi yang hujan. Jadinya satu minggu cuma cross Training lompat tali, sama latihan penguatan aja dari NTC.

Mau lari saat hujan, tapi memang boleh?

Jawabannya gampang: kalau masih gerimis mengundang, gas aja. Kalau hujan deras, baiknya gak usah. Manfaatnya lumayan sih:
1. Kalori lebih banyak, karena cuaca dingin
2. Dingin membuat sedikit keringat. Makin dikit keringat, makin kuat. HR juga menurun. Minum jadi lebih jarang.
3. Melatih mental. Cuma orang dengan mental kuat aja yang mau melawan hujan untuk latihan lari.

Jadi, buat yang mau lari saat hujan, ada tipsnya nih.
1. Sekali lagi liat-liat hujannya. Kalau gerimis aja, ayo. Kalau deras, gak usah. Apalagi sampai berpetir-petir. Apalagi sampai banjir.
2. Pakaian yang cerah. Jarak pandang orang berkurang saat gerimis. Pakaian cerah mudah dilihat, jadi lebih aman. Kalau punya, pakai yang ada reflecting nya, pemantul cahaya. Jangan pakai kaos katun, nyerap air, bakal lebih berat dan rasanya dingin. Pakai topi supaya air hujan gak kena mata.
3. Di lapangan aja, gak di jalan raya. Pas gerimis, rata-rata orang mau cepat-cepat sampai, hati-hati ketabrak kendaraan aja.
4. Aman kan gadget. Kalau bawa HP di armband, pastikan aman. Kalau pakai smartwatch, yakinkan kalau smart watch anti air.
5. Pake sepatu jelek. Basah dapat mempercepat rusaknya mesh sepatu. Cuman diliat juga sol bawahnya. Masih pakem? Takut kepeleset atau tergelincir aja karena jalan licin. Langsung keringkan kalau sudah pulang (ada yang bilang ganjel dalamnya dan bungkus dengan kertas koran, supaya cepat kering)
6. Langsung pulang, Mandi air hangat, ganti pakaian kering. Yap, SO fresh. Recovery yang nikmat sih.

Selamat basah-bahan!!!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Perawat. Pelari. Milanisti. Enjoy this blog. Silahkan sharing pengalaman kalian juga.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram

Categories

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • August 2021 (1)
  • July 2021 (1)
  • February 2020 (2)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (3)
  • August 2019 (2)
  • July 2019 (2)
  • April 2019 (4)

Created with by ThemeXpose