• Home
  • About
    • Category
    • Category
    • Category

Search This Blog

Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

RUNNING WITH CARING

Membahas tentang dunia lari, serta aspek kesehatan dan medis dalam berlari

Post sebelumnya di sini, sudah nge review Amazfit Bip, plus dan minusnya. Kelemahan utama dari Amazfit Bip adalah cuma bisa sync ke app MiFit. Padahal MiFit cuma aplikasi biasa, gak cocok disebut aplikasi lari. Orang lebih banyak make Strava atau NRC.

Postingan ini bakal membahas bagaimana sync ke Strava, NRC, Endomondo, RunKeeper, FitBit, dan berbagai aplikasi lari lainnya. Buat yang hobi gowes juga bisa sync hasil kayuhannya juga kok.

Lets go...

Pertama, install aplikasi berikut ini:
1. MiFit (app dasar banget buat Bip)
2. Gadgetbridge (buat ngambil data dari Amazfit Bip)
3. SyncMyTrack (buat ekspor ke Strava atau Nike)

Semua aplikasi ini gratis, cuman sedikit ribet. Kalau sudah Terbiasa, 3 menit juga kelar. Gak instan kayak sekali pencet langsung jadi aja sih caranya.
MiFit yang sudah di sync. 
MiFit dan SyncMyTrack bisa di download di PlayStore. Ukuran kecil, gak nyampe 50mb totalnya.

Khusus Gadgetbridge, versi PlayStore adalah 32.1.1 dan belum support Amazfit BIP. Solusinya adalah download Gadgetbridge versi 34 melalui F-Droid. F-droid dapat di download di sini. F-Droid ini mirip playstore, dengan app open source. Kalo udah download F-Droid, tinggal cari Gadgetbridge kayak nyari aplikasi di playstore, dan download versi terbarunya. Kalau sudah download, mau dihapus f-droid juga gak papa, kita perlu 3 app ini aja.

Setelah semua alat dan bahan kita kumpulkan, saatnya beraksi. Berikut stepnya:
1. Bikin agar Amazfit Bip bisa ditemukan oleh perangkat lain
Buka profil di MiFit > pilih Amazfit BIP di bagian Perangkat Saya > ubah pilihan "Dapat Ditemukan" menjadi Hidup agar Gadgetbridge tau alamat Bluetooth Amazfit kita.
2. Ambil data dengan Gadgetbridge
Buka Gadgetbridge. Connect. Kemudian pilih icon orang lari, lalu klik icon refresh di kanan bawah. Tunggu aja sampe data muncul.
Gadgetbridge yang sudah terkoneksi
3. Copy data
Buka File (atau Penjelajah Berkas) di Android. Berturut-turut buka: Penyimpanan Internal (atau Local Data) > Android > Data > nodomain.freeyourgadget (biasanya terletak paling bawah) > Files. Data yang barusan diambil Gadgetbridge ada di situ. Copy dulu data tersebut.
Data yang sudah diambil Gadgetbridge
5. Paste data ke folder SyncMyTrack
Buka: Penyimpanan Internal > SyncMyTracks > Eksport. Pindah copy paste data tadi ke sini.
6. Buka app SyncMyTracks. 
Pilih Export From ke Files Directory. Untuk pilihan Import To, silakan dipilih, mau Nike, Strava, Endomondo, banyak pilihan tersedia. Masukkan email dan password aplikasinya. Kalau sudah, pencet Start, tunggu bentar, sip, data kita udah masuk ke aplikasi lari favorit.
Tampilan SyncMyTracks
Ada yang ditanyakan? Komen aja. Ribet, tapi kalo sudah terlatih, gak sampe 3 menit kelar.

Thank you.
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments
Di postingan sebelumnya udah dibahas, mau bawa handphone pake armband, atau beli smartwatch buat memantau status lari. Dan sampai saat ini, kayaknya lebih praktis pake smartwatch aja.

Dari searching Google, yang paling bagus sebenarnya yang sudah WearOS, OS Android khusus buat smartwatch, supaya gampang sync'nya. Ok, kita searching harganya...

Wow, di atas 2 jutaan!!!

Gak ada yang lebih mahal lagi???

OK, kita riset lagi. Hasilnya adalah yang penting jam tangan tersebut mendukung GPS.

Kita riset lagi, masih mahal, dan rata-rata adalah smartwatch yang sudah WearOS tadi.  Kalo gini mending beli armband.

Sambil liat harga di Sope, kebaca lah lapak jualan Amazfit dari Siaomi. (kalo Siaomi udah pasti harganya miring dikit lah). Ada yang Verge, Stratos, Pace, tapi masih di atas 1,5 juta. Dari SiaoMi juga ada pilihan MiBand, 200 ribuan, tapi pas dicek spek, gak ada fungsi GPS, cuma buat menghitung langkah kaki aja.

Kemudian ketemulah Amazfit Bip. Smartwatch paling murah, 800 rb'an, dengan fungsi GPS yang dicari. Checkout, bayar, barang sampai.

Apple Watch dan Amazfit BIP

Reviewnya langsung pada intinya ya:
1. Daya baterai tingkat dewa. 10 bulan pakai, baru enam kali charge. Artinya, satu kali charge sampai full, tahan sampai 1 bulanan lebih! Menang telak dari jam Wear OS, macam iWatch, Samsung Gear, yang rata-rata tahan cuma 2 hari.
2. Tampilannya ringan, berasa gak pake jam. Kalo sekilas dilihat, mirip Nike Apple Watch 3jutaan
3. Banyak pilihan strap jam. Cari aja, online banyak. Mau rantai, mau karet, mau tali, ada.
4. GPS nya akurat, waktu buat deteksi GPS juga cepat. Bisa menunjukkan rute yang sudah dilalui dengan presisi.
Update: aku pake jam ini buat Borobudur Marathon 2019, kategori Half Marathon. Akurasi GPS? Cuma selisih lebih jauh 200 meter untuk jarak 21 km. Sebenarnya masalah GPS Amazfit sederhana: gak akurat kalo rute lari kita muter. Entah itu muter bundaran, muter lapangan, atau muter area kecil. 300 meter itu kelirunya pas memutari area Candi. Biasanya kalau lari di area Bundaran dekat rumah, memang selalu selisih. Kalau trek lurus, akurasinya sangat baik.
5. 4 pilihan mode aktivitas: Outdoor running, Treadmill, Cycling, dan Walking.
6. Tampilannya bisa diganti kalo bosan
7. Anti air, sudah IP68. Karena kerjaan di rumah sakit mesti sering sering cuci tangan, berapa kali kecipratan air keran, aman aja. Pernah nge test di rendam air sebentar, bentar banget, celup, berapa detik langsung angkat. Aman aja sih, gak tembus air.
Note: ingat ya, sertifikasinya IP68, tahan air, ke cipratan dikit aman, dipakai berenang "katanya" juga tangguh. Tapi IP68 ternyata boleh dipakai berenang selama kurang dari 15 menit dengan kedalaman kurang dari 1,5 m. Karena kemaren berenang sampai 2 m, rusaklah amazfit ku ini. Kemasukkan AIR. 
8. Fitur tambahan lain: alarm, kompas, cuaca, stopwatch.

Kelemahan:
- Designnya meniru Apple Watch, tapi malah disangka sama teman malah jam mainan anak-anak, body'nya plastik banget
- Resolusi layar rendah, jadi grafiknya kurang MENARIK. Meskipun banyak pilihan Watch face, tapi kualitas gambarnya mirip gambar Nintendo.
- Tidak ada notifikasi untuk WA, cuma bisa notifikasi dari WeChat.
Update: Ternyata bisa konek WA. Di aplikasi MiFit, memang cuma ada pilihan WeChat, tapi ternyata bisa konek ke WA. Ada tampilan notifikasinya. Namun, yang masuk cuma WA japri, kalo grup WA gak muncul.
* Hanya bisa Sync ke aplikasi MiFit. Tapi kalo mau sync ke Nike Run atau Strava juga bisa kok, silakan baca di sini.

UPDATE!!! 25 November 2019
Udah pake jam ini selama +- 10 bulan. Baterai masih awet. GPS tetap akurat. Sayangnya, Amazfit Bip yang ini malah kemasukan air. Kemaren bawa anak renang bentar 15 menit. Habis renang, jamnya di taruh. 1 jam kemudian setengah layarnya memutih. Tapi hanya kena LCD nya aja sih. Touchscreen masih respon, GPS track masih jalan. Tampilannya aja sekarang yang kayak jam rusak.

Itu tadi review Amazfit Bip. Kalau lebih mengambil fungsi sebagai tracker GPS, jam ini bisa jadi pilihan yang murah dan bisa diandalkan.

Yah, karena Amazfit Bip yang ini rusak karena kerendam air, aku beli Amazfit Pace. Reviewnya di sini.

Gimana dengan Amazfit Bip Lite?
Banyak yang bilang kalo BIP Lite adalah versi murah dari Amazfit Bip. Tapi yang perlu diingat adalah, Amazfit Bip sendiri versi yang paling murah dari semua merk Amazfit dengan GPS. Fitur yang dikorbankan di BIP Lite sendiri juga fitur paling penting: GPS. Jadi, aku sih gak merekomendasikan BIP Lite ini. Bagi ku, Amazfit Bip Lite sebenarnya cuma Amazfit Cor (bahkan kayaknya cuma MiBand) dengan design yang berbeda. Cor atau MiBand jauh lebih murah dengan fungsi yang sama.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 Make aplikasi running tracker kayaknya jadi kewajiban ya buat menemani berlari. Saya sendiri make Nike+Run Club di gadget. (Kenapa NRC? Bisa dibaca di sini).

Ribet sih lari sambil petenteng hp di tangan. Resiko jatuh sama gak praktis juga ada. Akhirnya, teknologi dan kreativitas manusia memberikan kita pada dua pilihan: Armband dan Smartwatch.

Berikut saya kasih gambaran plus minus masing-masing pilihan

Armband, eh salah, ini Armada Band 
 1. ARMBAND
Kelebihan:
+ Murah (banget)
+ Gak perlu setting macam-macam di gadget
+ Gak perlu di charge (he he)
Kekurangan:
- Susah memantau statistik saat lari
- Beberapa produk plastik depannya terlalu tebal, sehingga touchscreen HP gak bisa dipakai saat di dalam armband
- Pada kondisi lari jarak jauh, armband dengan hp di tangan membuat lengan pegal.
- Daya tahan produk yang kurang. Plastiknya sobek lah, perekatnya lepas lah, sampe jahitannya lepas juga ada

GARMIN Foreruner
 2. Smartwatch Lari
Kelebihan:
+ Praktis, memantau statistik secara real time. Tinggal liat pergelangan tangan aja
+ Ringan
+ Bisa dipakai buat keseharian
Kekurangan:
- Mahal. Rentang harga kisaran 2-4 juta rupiah.
- Mesti di sync ke hp setelahnya untuk melihat statistik secara keseluruhan dan memasukkan ke dalam aplikasi lari.
- Kadang lupa nge charger baterainya, di tengah lari, baterai habis.

Dari semua kekurangannya armband, sebenarnya masih bisa kita akali sih. Kalau ingin memantau statistik, ya mbok yo berhentilah berlari sebentar. Kendorkan armband, liat sekilas statistiknya, kibas-kibaskan tangan buat ngurangin pegel. Kalo sudah ada yang robek atau jahitannya lepas, tinggal lem biru, lempar beli yang baru. Harganya juga terjangkau kok.

Untuk smartwatch juga. Sync ke gadget kalo sudah terbiasa, gak bakalan jadi masalah kok. Selalu pantau daya baterai sebelum berlari. Kalo mahal, makanya nabung dulu. Saya sendiri make Smartwatch paling murah, Amazfit Bip, seharga 800 ribu'an, kalo sekelas Garmin, Suunto, atau Nike Apple Watch, gak kuku, gak kuat. Review Amazfit Bip ada di sini

Intinya, kembali pada pilihan masing-masing, mau murah, tetapi tidak praktis, tapi masih bisa disiasati ada. Praktis, tetapi lebih mahal juga ada.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Postingan pertama, saya mau rekomendasikan aplikasi running yang sering menemani ngos-ngosan di jalan.
Kenapa saya memilih Nike Run?

Banyak pilihan aplikasi lari sebenarnya: FitBit, GoogleFit, Strava, Runtastic, Endomondo, apa NRC? 

Kembali ke inti aplikasi running sebenarnya sama: pace, jarak, waktu. Kita pun juga pengen taunya berapa angka-angka itu. Yang membedakan adalah User interface dan tambahan fasilitas di dalamnya. 

Fitbit dan GoogleFit lebih untuk aktivitas keseharian dari bangun pagi sampai ngorok lagi. Strava bagus, semacam Facebook'nya buat pelari. Runtastic dan Endomondo juga oke, sayang mesti pake acara premium membership buat buka fitur yang lain. 


NRC? FREE!!! Dengan fitur yang luar biasa. 

Dan nilai lebih dari NRC adalah "Pelatih Saya". 
Pilihan mode Pelatih Saya. Mau latihan untuk persiapan lomba juga ada. 

=== skip, mode pelatih saya sekarang sudah tidak ada lagi ===
Fitur ini memberikan kita kesempatan memiliki pelatih lari pribadi. Beberapa tipe latihan lari diatur oleh dia. Latihan lari interval (yang luar biasa capek), lari tempo cepat, lari jarak jauh, dan lari tolak ukur yang menjadi tugas dari seorang pelatih pro, bisa dijadwalkan oleh Nike Run, menyesuaikan kemampuan kita. Waktu istirahat lari, yang sering diabaikan pun juga ikut diatur. Runtastic dan Endomondo pun juga punya, sayang mesti bayar, dan saya gak suka bayar-bayar kalau ada yang gratis. 
Tampilan Latihan Khusus NikeRunClub

Nilai lebih lagi dari latihan NRC ini adalah mode lari tolak ukur. Mengukur kemampuan lari kita untuk jadi database program lari beberapa minggu ke depan. Simpel, lari aja selama 15 menit. 15 menit ini terbagi menjadi 7 menit pemanasan lari santai, 3 menit lari cepat, dan 5 menit pendinginan. Lari tolak ukur biasa dilakukan di minggu awal dan di tengah program lari. Nike akan menilai lari, membikin jadwal lari hingga beberapa minggu ke depan, bahkan sampai reschedule jadwal yang sudah Nike buat sendiri. Dan kenyataannya, jadwal dari Nike benar-benar cocok dengan saya. Inilah yang membuat Nike benar-benar menjadi pelatih pribadi lari yang cocok untuk semua. 

Tampilan latihan Nike Training

Sekarang, Nike Run Club mempunyai menu  latihan terprogram yang baru. Dengan latihan terstandar dari Nike, tinggal ikutin aja program latihan yang ada setiap minggunya. Ada 3 program: 10k, HM, dan FM. Dengan berbagai metode lari yang berbeda, bisa diikuti untuk mencapai tujuan latihan lari kita. (Sayangnya cuma tersedia dalam bahasa Inggris, kita mesti ganti setting bahasa hp) 

Dengan berkolaborasi bareng saudaranya, aplikasi Nike Training, Nike gak cuma nyuruh kita lari doang. Dia juga nyuruh latihan tubuh berupa peregangan dan kekuatan, guna meningkatkan kekuatan otot inti, fleksibilitas, mobilitas, dan stabilitas buat pelari. Berkelas dunia deh pokoknya.

Dan semuanya Gratis! 

Kalau hanya ingin memakai tracker GPS untuk mengetahui pace, jarak, dan waktu ya silahkan saja. Tapi seperti yang audio coach katakan: setiap lari memiliki tujuan, dan tujuan itu adalah membuat kita lebih baik. 

Orang sering ngomong soal lari, "kalo lari, lari aja, mau cepat, atau lambat, yang penting dijalani". Motivasi itu cocok buat yang mau memulai lari. Kalau sudah  dan tekun, bukan sekedar lari doang, kita harus mendapatkan lebih: bugar dan puas. 
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts

About me

About Me

Perawat. Pelari. Milanisti. Enjoy this blog. Silahkan sharing pengalaman kalian juga.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram

Categories

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • August 2021 (1)
  • July 2021 (1)
  • February 2020 (2)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (3)
  • August 2019 (2)
  • July 2019 (2)
  • April 2019 (4)

Created with by ThemeXpose