• Home
  • About
    • Category
    • Category
    • Category

Search This Blog

Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

RUNNING WITH CARING

Membahas tentang dunia lari, serta aspek kesehatan dan medis dalam berlari

Ini yang sebenarnya susah. Lo sendiri kerja, istri juga kerja, terus punya anak di rumah, masih kecil lagi, terus lo mau rutin latihan lari.

Mengatur jadwal yang kadang ribet. Bentrok sama jadwal kerja sendiri, jadwal kerja istri, jadwal liburan keluarga. 

Berkaca dari pengalaman pribadi, aku mau bagi tips sedikit aja

Family first
Keluarga itu lebih penting daripada latihan. Jadwal latihan bentrok sama jadwal keluarga? Pilih keluarga. 

Jangan korbankan waktu libur
Seharian kerja, terus sore latihan lari. Capek? Banget. Malamnya tepar, gak sempat ngurus anak. Lari habis seharian kerja silahkan, tapi ingat, yang namanya lari juga ada rest Day, libur latihan. Sesekali habis kerja, santai lah.

Ajak istri dan anak
Cari tempat semacam lapangan Alun-Alun. Yang banyak orang jualan, atau yang ada wahana permainan. Atau yang pemandangan bagus juga gak papa. Kita bisa lari, istri dan anak bisa ngemil. Kalau pemandangannya bagus, mereka bisa sekalian selfie atau bikin instastory. Latihan 5k sampe 30 menit, kasihan kalo mereka lama melongo doang. Biar ada kegiatan juga.

Lari sekitar rumah
Kalau ada lintasan favorit, entah itu lapangan, tepi danau, Alun-Alun, yang jaraknya jauh dari rumah, mending gak usah sering-sering. Kalau sekedar mau Recovery dengan Pace santai, sekitar rumah aja. Start dari depan rumah, Finishnya juga depan rumah. Gak terbuang waktu di jalan. Interval jarak pendek, kurang dari 400 m juga bisa di sekitar rumah.

Berlari tiap hari itu gak mungkin
Akhirnya, sampai pada kesimpulan: berlari tiap hari itu gak mungkin. 3 sampai 4 sesi per minggu sudah cukup untuk latihan. Sisanya rest Day, cross Training dengan lompat tali, latihan penguatan dan fleksibilitas otot, yang semuanya bisa dilakukan di rumah, atau, liburan bersama keluarga.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Lompat tali "cuma" mainan zaman anak-anak yang lebih punya unsur Fun daripada sport. Tapi jika dilakukan dengan benar, lompat tali sangat bermanfaat untuk meningkatkan koordinasi, stamina dan daya tahan seorang Pelari.

Latihan Kardio

James Bagley, asisten profesor kinesiologi Universitas San Fransisco mengatakan, "Lompat tali dapat meningkatkan tingkat metabolisme 10-12 kali dari saat istirahat, yang sama dengan jogging 6-7 mil selama 1 jam."

Peningkatan metabolisme dari lompat tali merupakan latihan kardio yang sangat bagus buat membangun stamina.

Disini juga dituliskan, bahwa 10 menit lompat tali sama dengan 30 menit jogging

Penguatan Otot dan mengurangi cidera
Lompat tali juga dapat menguatkan otot kaki, hamstring, dan pantt. Otot ini merupakan otot inti lari. Semakin kuat, dapat semakin cepat kita berlari. Selain itu,  dapat mengurangi resiko cedera dalam berlari.

Koordinasi
Saat melompat, kita menyelaraskan tatapan mata, ayunan tangan, dan lompatan kaki. Kombinasi ini dapat meningkatkan koordinasi saat berlari.

Latihan Nafas
Pengaturan nafas juga dapat dilatih dengan lompat tali. Makin lama, nafas makin ngos-ngosan. Karena lompat tali adalah latihan kardio, makin lama, kita makin dipaksa untuk mengatur irama nafas. Bermanfaat untuk lari kan?

Eh, bentar, lompat tali bisa bikin cedera nggak nih? 
Ya, kalau berlebihan. Lompat tali memberikan efek "cedera" yang sangat minim bagi kaki. Beban yang diterima kaki sangat sedikit.
Posisi tubuh saat melompat adalah mendarat dengan telapak kaki depan, dan lutut lurus. Hal ini membuat lutut dan tumit menjadi semacam "Shock absorber", penyerap tekanan, sehingga beban tubuh dapat didstribusikan ke seluruh kaki, sehingga mengurangi beban pada sendi.

Lompat tali itu murah. Cuma perlu tali dan ruangan yang kecil aja. Kemaren beli 20rb, itu sudah ada counter lompatannya.

Melompatlah se-ringan mungkin. Sulit buat ngejelasin, tapi kalo udah dapat feel'nya, bakalan seru banget. Usahakan waktu kontak kaki dengan lantai singkat-singkat saja, gak usah terlalu lama. Ayunkan dengan irama yang teratur. Manfaat lompat tali pasti didapatkan.

Variasi Lompat Tali
Kalau bosan lompat-lompat aja, bisa ditambahkan dengan beberapa gerakan tambahan.
1. Pemula
Lompat tali 3 menit
Push UP 30 detik
Lompat tali 3 menit
Mountain climber 30 detik
Lompat tali 3 menit
Sprinter sit UP 30 detik

2. Level Lanjutan
Double under 30 detik (dalam sekali lompat, tali mengayun 2x)
Burpee 30 detik
Istirahat 30 detik
Ulangi 10x

3. Full Variasi
Forward jump 2 menit
Alternate foot jump 2 menit
Side-to-side jump 2 menit
Double jump 1 menit
Single leg: left 30 detik
Single leg: right 30 detik
Ulang semuanya 3x

Untuk dibaca juga:
https://www.runnersworld.com/training/a26653683/jump-rope-exercises/
https://aaptiv.com/magazine/jumping-rope-for-runners
https://www.crossrope.com/blog/jumping-rope-vs-running/
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Borobudur Marathon 2019 bagi saya adalah: Virgin Half Marathon

Half Marathon adalah sebuah pilihan saat mendaftar. Datang ke Magelang tanpa pernah menembus 21 km, Jarak terjauh pun hanya 15 km. Ragu saat memulai race? Ya. Tapi saya datang dengan kepercayaan diri: 15 km dalam 1 jam 16 menit. Sisanya, jika menurunkan pace ke 6:00 pun, Sub-2 bisa diraih.

Memasuki kompleks area Candi sekitar pukul 4.30 pagi, bersama Pelari lain yang berkumpul untuk satu tujuan. Sambil menatap pintu masuk, mata sebenarnya berkaca-kaca. Latihan berbulan-bulan, pegel kaki, haus, panas, hampir menyerah, sebenarnya gw lari buat apa? Akhirnya sampai disini juga. Untung saat itu masih agak gelap, jadi gak ada yang melihatnya, sedikit tetesan air mata.

Mulai start dari posisi hampir di belakang, karena antri dulu di toilet untuk mengosongkan kantong kencing yang terus bertambah penuh. Bisa dibayangkan startnya?

4 menit terlewati setelah tembakan start dimulai. 4 menit. Melewati garis start pun tidak. Banyak orang yang bahkan memilih berjalan dengan kondisi yang sedikit sesak.

Pace turun naik. Lari zigzag mencari celah untuk maju ke depan. Kadang sampai turun ke samping jalan, jalur rerumputan, kadang batu-batuan. Lebih ke lari fartlek daripada race.

5 km terlewati dengan pace yang campur aduk. Di km 7 berhasil melewati pacer. Ya Allah, baru pacer 2:30. Mana pacer 2:00???

Km 9, ada putri kecil ku yang ternyata nungguin di depan gang penginapan kami. Rute Half Marathon melewati daerah situ. Sedikit bersemangat dengan dukungan orang tercinta. Gas lagi.

Jam bergetar menunjukkan km 10 sudah terlewati. Menengok catatan waktu. Hampir tidak percaya. 1 jam 4 menit!!! Hampir 12 menit melebihi waktu standar 10K. Hati mulai goyah.

Di km 13, wassalam. Bensin saya benar-benar habis. Saya jalan kaki. Telapak kaki kesemutan. Masalah klasik yang belum nemu penyebabnya.

Km 13 hingga 18, saya selang-seling lari-jalan-jalan-jalan-lari. Jangan lupa tanjakan Km 17,5 yang begitu gila nanjaknya itu. Jangankan lari, Jalan pun gak sanggup.

Dengan pace di atas 7, yang bahkan lebih lambat dari Recovery run, aku merasa gagal.

Km 18, sudah 1 jam 58 menit. Sub-2 udah pasti lepas. Aku mau nangis. Aku berlari sambil menghitung, kuat, kuat, 3 km lagi, habis in semua, gas, bisa!!!

Subuh sebelum ke venue, ada janji sama istri. Ketemuan di dekat garis Finish. Tapi kalo lewat jam 8 pagi gak ketemu juga, dia pulang, nunggu di penginapan aja.

Dan sekarang sudah jam 7:30, kalo terus jalan, gak keburu. Saya menguatkan kaki untuk terus berlari.

Terus berlari, berlari, berlari memaksakan diri. (saya minta maaf buat seorang kawan Pelari yang mungkin kram di dekat pintu masuk borobudur, dia jalan agak terpincang. Maaf kemaren gak bisa bantu mapah, bantu buat jalan, saya ada janji. Sampai sekarang, masih merasa bersalah dengan dia)

Saya masih berlari.

Memasuki kompleks candi Borobudur.

1 km terakhir.


"Ayoooo, 1 km lagi". Aku berteriak sambil menyemangati diri sendiri dan Pelari lain.

Seorang Pelari cewek ngomong. "Masih 1 km ya, yah, udah lewat 2 menit ini lho ini dari target ku"

Mbak, aku iki lewat wes 15 menit lo dari target aku.

Masih 1 km lagi.

1 km lagi.

Aku terus memaksa kaki melangkah.

Yap. Itu dia garis Finish.

Eh, itu garis Finish 10K. Ya Allah, dimana garis Finishnya???

Kaki terus melangkah.

Alhamdulillah. 21km terlewati. Aku langsung berhenti.

Ttassssttt. Paha kanan tiba-tiba tertarik. Nyeri. Sambil berjalan terpincang, ku hampiri seorang anak muda dengan baju betuliskan medis.

"Kenapa, Mas?"
"Ketarik kayaknya"

Dibawa ke tenda medis. Memforsir diri di 3 km terakhir benar-benar menyiksa kaki. Spray, diregangkan, pijat-pijat. Masih kencang sih. Bersyukur gak saat race ini kaki errornya.

Pinjem HP anak muda tadi buat nelpon. Gak ada pulsa. Untung ada kuota. Nelpon WA istri. Katanya dia gak bisa berangkat ke venue, Jalan di tutup. Gak ada akses transportasi. Ya udah, gak papa, pasca ngambil refreshment, pisang yang besar sekali, 1 botol isotonik, 1 botol air mineral, finisher medal, tanpa foto-foto, saya kembali ke penginapan.

Kembali ke anak dan istri tercinta.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Perawat. Pelari. Milanisti. Enjoy this blog. Silahkan sharing pengalaman kalian juga.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram

Categories

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • August 2021 (1)
  • July 2021 (1)
  • February 2020 (2)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (3)
  • August 2019 (2)
  • July 2019 (2)
  • April 2019 (4)

Created with by ThemeXpose